Luk 18:11,12 :" Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini : Ya Allah, aku mengucap syukur kepadaMu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku."
Jika kita membaca ayat di atas maka kesan pertama yang muncul adalah orang tersebut sedang memuji-muji dirinya sendiri dan menjelekkan orang lain. Doanya diselubungi dengan pengucapan syukur seolah-olah dia adalah orang yang rendah hati, namun dibalik pujian itu dia telah mencuri bagi dirinya sendiri pemujian, peninggian dirinya sendiri.
Tuhan tidak senang dengan sikap hati yang sombong seperti itu. Tuhan tidak berkenan pada orang yang menganggap dirinya lebih baik daripada orang yang lain atau yang menutup-nutupi kekurangan diri sendiri dengan jalan membicarakan kejelekan orang lain.
Tuhan Yesus berkata : Barangsiapa yang meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa yang merendahkan diri, ia akan ditinggikan.
Dan itulah yang dilakukan oleh pemungut cukai, ia berdoa tanpa berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul dirinya sendiri dan berkata : "Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini."
Doa yang benar selalu dibawakan dengan kerendahan hati yang murni/tulus dan bertujuan untuk memuliakan Allah yaitu meminta Dia menggenapi janji-janjiNya, mewujudkan janji-janjiNya atas hidup kita, agar hidup kita boleh kita persembahkan kepadaNya sebagai persembahan yang harum!
Bapa di sorga, jauhkan kami dari "ragi" orang Farisi yaitu menjadikan doa sebagai sarana untuk memuji diri, untuk membela diri, untuk meninggikan diri; ajarlah kami untuk selalu merendahkan hati kami dan biarlah kami boleh menjadikan doa sebagai sarana untuk mencurahkan isi hati kami kepadaMu, bukan untuk membela diri dari dosa dan kesalahan kami. Roh Kudus mari teguhkan dan kuatkan hati kami, kami mau tunduk dan merendahkan hati kami. Amin.