Definisi kebahagiaan menurut dunia adalah pemuasan diri yaitu mengejar sensasi dan kesenangan yang baru; kepuasaan dan kesenangan bagi diri sendiri adalah fokus utamanya.
Rasul Paulus dalam 2 Tim 3-4 telah mengingatkan kita bahwa pada hari-hari terakhir banyak orang yang lebih mencintai kesenangan daripada mengasihi Allah.
Kesukaan dan kepuasan bathiniah tidak akan dapat kita capai melalui kesenangan-kesenangan melalui manusia, jabatan posisi, harta benda; semuanya itu hanya bersifat sementara.
Sukacita sejati mempunyai akar yang dalam di dalam Allah. Keadaan, waktu, suasana hati, orang-orang atau harta benda tidak mempengaruhi sukacita jenis ini.
Oleh karena itu marilah kita memahami dengan benar dasar-dasar sukacita yang sejati, yaitu :
- Berpaling kepada Allah dengan segenap hati kita sehingga kita percaya padaNya untuk seluruh hidup kita.
Serahkan hidup kita kepada Allah dan percaya pada rencanaNya adalah penting untuk sukacita yang permanen. - Masuk ke dalam kehidupan Kerajaan.
Ini berarti lebih dari pada sekedar mencari keselamatan; tetapi mencakup masuk ke dalam dan ke bawah pemerintahan Allah, jalan-jalanNya dan hukum-hukumNya.
Menjadikan Allah Raja dan kita adalah hamba-hambaNya. - Kasih terhadap kebenaran yang mempengaruhi cara hidup kita.
Kebenaran berarti tindakan-tindakan yang benar, sikap-sikap yang benar dan keyakinan yang benar.
Kita wajib mencintai keadilan, dan membenci pelanggaran hukum.
Jika kita menjadi sahabat dari apa yang benar dan musuh dari apa yang salah, maka kita akan masuk dalam sukacita Tuhan. - Di dalam Roh Kudus.
Sukacita tidak ditemukan di dalam daging, dunia, keadaan atau orang-orang; namun sukacita sejati hanya ditemukan di dalam Roh Kudus.
Oleh Roh Kudus kita akan menyembah dengan sukacita; kita akan bersuka cita menikmati Allah; kita akan tahu bagaimana caranya tertawa ( Maz 126:2)... ;).
Sukacita sejati adalah suatu tindakan dan kemauan yang kita lakukan dalam rangka ketaatan kita terhadap Firman Tuhan; bergerak dari emosi kepada ketaatan; mengambil suasana hati dari tubuh dan membawanya ke dalam penguasaan Allah.
Oleh karena itu marilah kita mendisiplinkan kemauan kita untuk bersukacita dalam segala hal !
Bapa di sorga aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hatiku, aku mau menceritakan segala perbuatanMu yang ajaib; aku mau bersukacita dan bersukaria karena Engkau, bermazmur bagi namaMu, yang Mahatinggi. Hatiku bersorak-sorak karena penyelamatanMu dan aku bersukacita karena kasih setiaMu. Segala puji, hormat dan syukur hanya bagiMu, ya TUHAN ! Haleluya !(ref : Maz 9:2-3, 13:6, 31:8 )